Dari sekian banyak cara dan skema untuk membeli rumah, KPR adalah salah satu yang diminati. Skema yang memungkinkan tiap individu untuk menyicil di mana besaran cicilan dapat disesuaikan dengan pendapatan memang terasa cukup memudahkan, baik ketika hendak membeli rumah komersil biasa maupun membeli rumah subsidi.
Dalam dunia perbankan, terdapat dua jenis KPR: KPR syariah dan KPR konvensional. Keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam pendekatan, prinsip, dan konsepnya. Artikel ini akan mengulas perbedaan antara KPR syariah dan konvensional, membantu Anda memahami mana yang lebih sesuai dengan prinsip dan situasi keuangan Anda.
Perbedaan KPR Syariah dan Konvensional
Prinsip Dasar
Salah satu perbedaan paling mendasar antara KPR syariah dan konvensional adalah prinsip dasarnya. KPR syariah didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi Islam, yang melarang riba (bunga) dan mewajibkan adanya prinsip berbagi risiko. Dalam KPR syariah, bank bertindak sebagai mitra investasi yang mengambil bagian dalam kepemilikan properti bersama dengan nasabah.
Sementara KPR konvensional menggunakan sistem bunga yang menghasilkan keuntungan bagi bank. Oleh karena itu persetujuan pembiayaan KPR hanya akan diberikan bank jika semua perhitungannya terbukti memberikan keuntungan.
Skema Bunga
Bunga adalah titik perbedaan yang signifikan antara KPR syariah dan konvensional. Dalam KPR syariah, tidak ada sistem bunga yang dikenakan. Sebagai gantinya, bank dan nasabah sepakat pada pembagian keuntungan atau kerugian berdasarkan kepemilikan properti.
Di sisi lain, KPR konvensional mengenakan bunga tetap atau berfluktuasi yang harus dibayar oleh peminjam. Jika ingin mengambil KPR konvensional, Anda perlu bersiap untuk besaran cicilan yang mungkin akan semakin mahal tiap tahunnya.
Lain halnya jika Anda mengambil KPR untuk rumah subsidi. Beberapa developer memungkinkan Anda untuk membayar DP yang cukup rendah dengan skema cicilan flat hingga rumah lunas.
Risiko dan Bagi Hasil
Perbedaan KPR Syariah dan Konvensional berikutnya terletak pada masalah risiko dan bagi hasil. KPR syariah menerapkan prinsip berbagi risiko di antara bank dan nasabah. Jika nilai properti turun, kedua belah pihak harus menanggung kerugian bersama. Namun, jika nilai properti meningkat, keuntungan juga dibagi secara adil.
Sedangkan dalam KPR konvensional, risiko sepenuhnya ditanggung oleh peminjam, sementara bank tetap mendapatkan bunga yang telah disepakati.
Keuntungan Non-Material
Selain aspek finansial, KPR syariah juga menawarkan keuntungan non-material sesuai dengan prinsip Islam. Keharmonisan, etika, dan tanggung jawab sosial ditekankan dalam KPR syariah, yang mungkin tidak selalu menjadi fokus dalam KPR konvensional.
Persyaratan Dokumen
Dalam hal persyaratan dokumen, KPR syariah dan konvensional cenderung memiliki persyaratan serupa. Namun, dalam KPR syariah, proses persetujuan mungkin melibatkan analisis lebih mendalam terkait proyek properti yang diajukan, mengingat adanya prinsip berbagi risiko.
Legalitas dan Regulasi
KPR syariah dan konvensional di Indonesia memiliki landasan hukum dan regulasi yang berbeda. KPR syariah diatur berdasarkan prinsip-prinsip hukum Islam dan mendapatkan pengawasan dari Dewan Syariah Nasional. Sementara itu, KPR konvensional diatur oleh undang-undang perbankan konvensional yang berlaku.
Mengingat perbedaan KPR syariah dan konvensional dalam hal regulasi, ketika Anda sudah menentukan jenis KPR yang diambil ada baiknya Anda mempelajari seluk beluknya dengan seksama. Hal ini akan membuat Anda tahu apa saja hak dan kewajiban yang perlu Anda pastikan selama proses transaksi.
Kesimpulan
Memilih antara KPR syariah dan konvensional adalah keputusan yang penting dan harus dipertimbangkan dengan matang. Hal ini berlaku saat Anda hendak mengambil rumah komersil biasa maupun rumah subsidi.
Jika Anda ingin mengikuti prinsip-prinsip Islam dalam transaksi keuangan dan membagi risiko dengan bank, KPR syariah mungkin menjadi pilihan yang tepat. Namun, jika Anda lebih nyaman dengan skema bunga konvensional dan mengambil risiko penuh atas properti, KPR konvensional dapat menjadi opsi yang sesuai.
Penting untuk memahami perbedaan mendasar antara keduanya agar Anda dapat membuat keputusan yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan keuangan Anda. Jangan lupa untuk memilih developer rumah subsidi dan bank yang kredibel agar Anda sebagai pembeli cukup terbantu selama proses jual beli berlangsung.
Baca Artikel Lainnya
- Permudah Pekerja Mendapatkan Rumah Berkualitas, PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk Kerjasama dengan KSPSI
- PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk (GRIA) Angkat Ridwan Kamil sebagai Komisaris Independen
- INGRIA Mencatat Kenaikan Laba Bersih Hingga 341,3% pada Kuartal I-2024
- Backlog Rumah Mencapai 12.7 Juta Unit, PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk Fokus Bangun Perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
- PEMANGGILAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM TAHUNAN PT INGRIA PRATAMA CAPITALINDO TBK